Jumat, 18 Januari 2013

LAB 1 KECEPATAN CAHAYA


A.                Topik
Kecepatan Cahaya

B.                Rumusan masalah
 Bagaimanakah cara menentukan kecepatan cahaya dengan menggunakan cermin rotasi (metode Faucault)?
B.        Tujuan
1.      Mengukur panjang gelombang dari sumber cahaya (laser)
2.      Mengetahui pangaruh sudut keping polarisasi terhadap kecerahan pada fringe yang terbentuk

C.        Landasan teori
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak. Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern.
Usaha yang serius untuk mrngukur laju cahaya dilakukan oleh Galileo dengan mencoba mengukur waktu yang dibutuhkan cahaya untuk menempuh lintasan tertentu antara dua puncak bukit, yang jaraknya telah diketahui. Galileo menghitung waktu antara saat ia mengirimkan cahaya dan saat ia menerima cahaya lampu dari asistennya. Keberhasilan pertama dalam memastikan bahwa laju cahaya itu berhingga dibuat oleh seorang astronot Denmark, Ole Roemer (1644-1710).
            Untuk mengukur besar kecapatan cahaya langsung, maka kita harus baik mengukur suatu interval waktu yang kecil maupun harus menggunakan sebuah garis basis yang panjang. Situasi ini menyarankan bahwa astronomi, yang membahas jarak-jarak yang sangat besar, mungkin akan mampu menyediakan suatu nilai eksperimental untuk laju cahaya, hal ini terbukti benar. Walaupun akan diinginkan untuk mengukur waktu yang diperlukan oleh cahaya dari matahari sampai kebumi, namun tidak ada cara untuk mengetahui bilamana cahaya yang mencapai kita pada setiap saat meninggalkan matahari tersebut ; kita harus menggunakan cara-cara astronomi yang lebih halus.
Cahaya berjalan (merambat) dengan begitu cepat sehingga tidak ada sesuatu didalam pengalaman kita sehari-hari yang menganjurkan bahwa lajunya tidak berhingga. Hal itu menghendaki pandangan yang bersungguh-sungguhdan malah menanyakan, ”berapa cepatkah cahaya merambat”?, pertanyaan ini yang selalu menjadi bahan perdebatan antar para ilmuwan dan masing-masing mereka mempunyai pandangan dan metode-metode yang berbeda dalam menentukan laju cahaya.
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa pulsa-pulsa gelombang mikro direfleksikan dari bulan secara agak teratur ; informasi ini memberikan sebuah garis basis sepanjang 7,6 X 108 m, pada saat pengukuran waktu. Laju cahaya (dan laju gelombang mikro) sekarang ini sudah diketahui besarnya dengan baik dari eksperimen-eksperimen lain sehingga kita akan menggunakan pengukuran-pengukuran ini untuk mengukur jarak bulan secara teliti.
Pandangan bahwa cahaya menjalar sebagai sederetan paket energy yang disebut foton yang berlawanan langsung dengan teori gelombang cahaya. Menurut teori gelombang cahaya menyebar dari suatu sumber seperti riak menyebar dari permukaan air jika kita menjatuhkan batu ke permukaan  air. Sebaliknya menurut teori kuantum cahaya menyebar dari sumbernya sebagai sederetan konsentrasi energi yang terlokalisasi, masing-masing cukup kecil sehingga bisa diserap oleh sebuah elektron. Cahaya berjalan atau merambat dengan begitu cepat sehingga tidak ada sesuatu didalam pengalaman kita sehari-hari yang menganjurkan bahwa lajunya tidak berhingga.
Kecepatan cahaya dalam ruang hampa memerlukan salah satu konstanta dasar alam. Kecepatan cahaya demikian besarnya (kira-kira 186.000 ). Sehingga baru tahun 1676 dapat diukumerambat dengan kecepatan yang tak terhingga. Kecepatan cahaya adalam ruang hampa merupakan salah satu hal yang terpenting di alam. Apakah cahaya berasal dari sebuah sinar laser diatas bangku optik atau dari sebuah bintang yang memancarakan cahaya dengan kecepatan yang sangat menakjubkan. Jika diukur, kecepatan cahaya dalam nilai konstanta yang sama. Dalam istilah yang lbeih tepat , bahwa kecepatan cahaya adalah bebas dari kecepatan-kecepatan relatif. Cahaya berjalan (merambat) dengan begitu cepat sehingga tidak ada sesuatu didalam pengalaman kita sehari-hari yang menganjurkan bahwa lajunya tidak terhingga. Hal itu menghendaki pandangan yang sungguh-sungguh dan malah menanyakan” berapa cepatkah cahaya merambat ? pertanyaan ini yang selalu menjadi perdebatan para ilmuan dan masing-masing mereka mempunyai pandangan dan metode-metode yang berbeda dalam menentukan laju cahaya.Untuk mengukur besar kecepata cahaya baik, maka kita harus baik mengukur suatu interval waktu kecil maupun harus menggunakan garis basis yang sangat panjang.
Menurut teori radiasi kuantum planck, cahaya dipandang sebagai gelombang elektromagnetik. Separti yang kita ketahui bahwa gelombang elektromagnetik memiliki panjang gelombang   dan frekuensi v . hubungan antara panjangan gelombang dan gelombang secara matematis dapat dituliskan dalam sebuah persamaan berikut:
                                    V =
Dengan v adalah frekuensi gelombang elektromegnetik ,adalah panjang gelombang elektromagnetik dan c adalah kecepatan cahaya.
Menurut postulat kedua einstein dalam teori relativitas khusus, bahwa kelajuan cahay dalam ruang hampa sama besar untuk semua pengamat, tidak bergantung dari segi pengamat.
Adapun perkembangan sehingga diperoleh nilai kelajuan cahaya cukup panjang. Percobaan pertama yang dicatat dalam sejarah, dilakukan oleh galileo, namun galileo hanya mampu menentuka kecepatan cahaya yang paling terbesar dari pada yang dapat diukur dengan menggunakan prosedurnya.
Ahli yang kedua melakukan eksperimen untuk menentukan kecepatan  cahaya dalam roemer, roemer (denmark) merupakan orang ang pertama sukses dalam pengukuran keepatn cahay pada tahun 1675. Beliau meninjau dari salah satu gerhana bulan di planet jupiter, di mana terdapat sebuah periode waktu. Ketike jupiter berotasi antar bulan dan bumi menutupinya dari pandangan. Ia menentukan bahwa durasi dari gerhana ini lebih pendek bila dibumi terpindah sejauh jupiter dari pada bumi menjauhnya. Berdasarkan hal ini ia menafsirkan denganjelas fenomena ini sebagai hasil yang terbatas dari kecepatan cahaya.
Dari kalkulasi dari beberapa penelitian gerhana tersebut memberikan suatu nilai sebesar 2,1  untuk ecepatan cahaya, nilai mendekati  lebih lambat untuk suatu pengetahuan yang tidak pasti pada waktu itu.
Pada tahun 1989 seorang ahli ilmu pengetahuan asal prancis yang bernamana fizeau berhasil dengan sukses dalam mengukur kecepatan cahay melebihi gerak rerrestrial. Dimana ia menggunakan sebuah roda gigi bila bunyi dikembalikan, kedua bunyi akan menghalangi cahaya ini atau untuk pengamat untuk tanda itu. Dasar pengukuran beliau dari rotasi peneliti diizinkan untuk mengembalikannya bunyi. “ untuk perawatan penuh di ukur “ jarak antara pada roda gigi dan kaca dengan menggunakan metode fizeau ini diukur dengan kecepatan cahaya  sebesar 3,16.
Selanjutnya dibiro standar nasional di boulder, colorado, mengukur frekuensi v dari radisas tertentu yang dipancarkan oleh laser helium –neon dengan membandingkannya secara langsung frekuensi osilasi jam cesium, yang digunakan untuk mendefinisikan detik. Kemudian dengan menggunakan pengukuran-pengukuran yang teliti dari panjang gelombang radiasi ini yang dibuat oleh beberapa kelompok pekerja, maka mereka telah menghitung c dari hubungan c =  atau c =( 299.792,457460,0012) .
Di dalam tahun 1675 ole roemer, seorang sarjana astronomi denmark yang bekerja diparis, membawa beberpa pengamatan mengenai bulan- bulan jupiter dari man laju cahaya sebesar
 2 dapat dedukasi. Kira-kira lima puluh tahun kemudian James Bradley,  Seorang sarjana astronomi inggris, membuat bebrapa pengamatan yang sama  sekali berlainan macamnya dari mana sebuah nilai sebesar 3,0 dapat dedukasi.
            Di dalam tahun 1849 Hippolyte Fizean (1819-1896) seorang fisikawan perancis, mula-mula mengukur laju cahaya dengan metode astronomi yang mendapatkan nilai sebesar 3,13
D. Alat dan bahan yang di gunakan
¯  High speed rotating mirror asembly ( kumpulan cermin rotasi dengan kecepatan tinggi)
¯  Teleskop (sebagai alat untuk mengamati titik fokus cahaya pada saat pengukuran)
¯  Fixxed mirror ( sebagai cermin pengatur cahaya)
¯  Laser 05- 9171 denga 05 -9172 aligment bench
¯  Optical bench 05-9103 (sebagai lat untuk meletakan alat-alat optik)
¯  Komponen optik ( alat-alat yang digunakan dalam eksperimen )
¯  Dua alligaments jigs ( untuk meluruskan sumber laser dari Rm)
¯  Keping polarisasi (sebagai pelindung mata dari laser)

E.      Variabel dan definisi operasional
ÿ  Variabel bebas
Variabel bebas yaitu merupakan sesuatu yang nilainya sudah ditentukan atau ditetapkan,dimana nilai ini dapat mempengaruhi nilaia lainnya. Adapaun yang merupakan variabel bebas dalam perobaan ini yaitu :
¯ L adalah jarak fokus tempat meletakan lensa dengan cermin   pengatur cehaya (rotating mirror)
¯ D adalah jarak pantulan sinar laser yang tertangkap oleh cermin penangkap antara cermin rotasi (rotating morror) dan cermin penangkap

ÿ  Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh nilai dari variabel bebas. Adapun yang merupakan variabel terikat pada percobaan ini adalah :
¯ S cw adalah variabel terikat yang nilainya diperoleh setelah cahaya terfokus, dan dapat dibaca pada teleskop pada posisi cw
¯ S ccw adalah variabel terikat  yang nilainya diperoleh setelah terfokus dan dapat dibaca pada posisi ccw
¯ Rm merupakan veriabel yang nilainya diperoleh pada saat posisi w dan ccw dibaca pada alat rotating mirror setelah cahaya terpantulkan kembali tepat dijedela laser
¯ A merupakan nilai yang diperoleh dari selisih antara jarak kedua lensa dikurangi fokus lensa pertama
¯ B merupakan nilai yang diperoleh dari selisih jarak antara kedua lensa dengan Rm


ÿ  Variabel kontrol
Variabel kontrol yaitu sesuatu  yang nilaiany sebagai pengontrol variabel terikat bebas selama percobaan dilakukan adapun variabel kontrol dalam percobaan ini adalah :
¯  Fm adalah variabel kontrol, saat mengukur nilai yang terbaca pada posisi  cw dan ccw.

F.   Prosedur kerja
Perhatikan Gambar :
¯ Menempatkan optikal bench pada permukaan datar bertingkat, kemudian memperbaiki sekrup optikal bench dengan menggunakan water pash hingga stabil dan pas
¯ Menempatkan laser, menempelkan laser pada aligment bench diakhiri dengan optical bench dan pada akhirnya dapat disamakan pada 1 m dari skala metrik. Menempatkan bench coupler tetapi sekrup coupler diusahakan jangan ketat
¯ Menempatkan kumpulan cermin rotasi pada akhir yang berlawanan dari bench. Memastikan dasar atas kumpula cermin rotasi dinaungi pagar dari optikal bench dan mensejajarkan tepi depan dan dari dasar dengan tanda 17 cm pada  bench.
¯ Mensejajarkan laser
1.    Laser harus disejajarkan sehingga sinar mengenai pusat cermin rotasi (Rm). Dua aligment jigs diletakan pada bench dengan maksud yang satu diletakan pada ujung bench (dekat laser) sedangkan yang satunya lagi disesuaikan sebagaimana mestinya.
2.    Lubang dalam jigs ditentukan pad garis lurus yang sejajar paralel dengan sumbu optikal bench.
3.    Menghidupkan laser, memeriksa beam aternuatur berada pada laser bagian atas secara langsung berada diatas lensa yang terbuka penuh.
       Peringatan:Jangan melihat langsung kedalam sinar laser, baik secara langsung maupun yang direfleksikan dari cermin rotasi, juga ketika merubah peralatan, pastikan beam path tidak berada pada garis melintang dimana seseorang mungkin dengan tidak hati-hati melihat kedalam laser.
4.    Mengatur posisi depan dari laser sehingga sinar melewati langsung lubang dalam jigs pertama (menggunakan dua sekrup depan pada bangku laser untuk mengatur tingginya, mengatur posisi laser pada aligament bench untuk mengatur posisi lateral )
5.    Kemudian mengatur tinggi dan posisi pada bagian belakang laser sehingga melewati langsung lubang dalam jigs kedua.untuk menjaga dalam posisi berkenaan dengan optikal bench mengencangkan sekrup pada bench koupler
6.    Memeriksa kembali pensejajaran laser.
¯ Mensejajarkan cermin rotasi
1.    Rm harus disejajarkan sehingga sumbu rotasi vertikal dan tegak lurus terhadap laser
2.    Merotasikan Rm sehingga laser berefleksi kembali lubang dalam alignment jigs
3.    Memastikan untuk menggunakan sisi perak cermin sebagai permukaan refleksi dan mengetatkan sekrup kunci pada kumpulan cermin rotasi sepenuhnya sehingga Rm tetap berada pada posisinya sebagaimana kita mengatur rotasinya
4.    Jika dibutuhkan, menggunakan lembaran-lembaran kertas untuk antara rotating miror asambly dengan optikal bench sehingga sinar laser direfleksikan kembali melalui lubang-lubang dalam jigs
Catatan :Sinar tidak perlu menembus dalam lubang jigs kedua, namun haruslah mengenai jigs kedua setinggi lubang jigs, kemudian memindahkan alignment jigs.
¯ Meningkatkan menjadi 48 mm titik fokus lensa (L1) pada optikan bench garis pusat dari komponen carier disejajarkan dengan tanda 92,0 cm pada skala metrik
¯ Menempatkan satu lembaran kertas didepan jendela dari rotating miror endosure. Untuk melihat sinar meluncurkan atau menggulirkan L1 seperti dibutuhkan pada komponen cariernya untuk memusatkan sinar pada Rm (memperhatikan bahwa L1 telah menyebarkan sinar pada posisi dari Rm).
¯ Meningkatkan hingga 252 m titik fokus lensa (L2) pada optikal bench sehingga garis pusat dari komponen carier sejajar pada tanda 62,22 cm pada sebagaimana untuk (L1) pada langkah sebelumnya, mengatur posisi L2 pada komponen carrier sehingga sinar dipusatkan pada Rm.
¯ Menempatkan beam splitter dan mikroskop assembly pada optical bench, sehingga tepi depan dari micrometer stage disejajarkan pada 81,0 cm pada sebuah bench pengungkit yang mengatur kemiringan dari beam splitt erseharusnya berada pada posisi yang sama dengan skala metrikdari optikal bench. Memastikan pengungkit / tuas ini sehingga langsung tertuju kebawah.
Peringatan :
     Jangan memeriksa mikroskop sampai alat polarisasi telah ditempatkan diantara laser dan beam splitter. Lihat langkah 11, beam splitter akan merubah sedikit posisi laser. Mengatur kembali L2 pada komponen carrier sehingga sinar dipusatkan lagi pada Rm.
¯ Menempatkan pengatur cermin (Fm) pada suatu jarak dari 2 hingga 15 m dari Rm. Sudut antara sumbu optikal benchdan garis antara Rm dan Fm seharusnya berkisar 120 (jika lebih dari 200 sinar refleksi akan dihalau oleh rotating miror enclosure).
Juga memastikan Fm tidak berada pada posisi yang sama dengan optical bench seperti tombol micrometer, sehingga kita mampu membuat pengukuran tanpa menghalau sinar. Memposisikan sinar dan sinar “berjalan “ kembali kearah Fm.
Mengatur posisi dari Fm sehingga sinar mengenainya pada daerah pusat (sumbernya). Selembar kertas yang diarahkan berlawanan dengan permukaan cermin akan membuat lebih mudah melihat kearah sinar n.
            Catatan :Hasil terbaik diperoleh ketika Fm berada pada jarak 10 – 15 m                             dari Rm.
¯ Masih dengan selembar kertas yang diarahkan berlawanan dengan pemukaan dari Fm. Meluncurkan /menggulingkan L2 bolak-balik sepanjang optical bench untuk memfokuskan sinar terhadap titik terkecil mungkin dari Fm. Kemudian mengatur sekrup aligment di belakang Fm sehingga sinar langsung direfleksikan kembali ke pusat Rm. Langkah ini paling baik dilakukan oleh dua orang, salah seorang pengatur Fm dan yang seorang lagi mengamati posisi sinar pada Rm.
¯ Menempatkan polarizer (memotong pada tiap sisi penahan komonen tunggal) antara laser dan beam splitter.
¯ Mulai dari polarizer pada sudut yang tepat/benar satu sama lain kemudian merotasikan salah satu hingga bayangan dalam mikroskop dengan nyaman dapat dilihat cukup jelas.
¯ Memotong cross-hairs ke mikroskop dan memfokuskan kedalam lensa mata pada mikroskop dan melepaskan kunci sekrup dan kaca mikroskop. Jika melihat perubahan, memvariasikan kemiringan dari sorotan  beberapa derajat mikroskop sampai terjadi perubahan.
Hal penting :
Ada beberapa perubahan yang terjadi. Kita akan melihat beberapa perubahan yang tidak ada hubungannya dengan hasil yang kita sorotkan ke alat tadi. Misalnya : pemantulan dari sorotan L1, kita akan yakin dengan penelitian, akan terjadi perubahan itu.oleh sebab itu dalam penelitian  menyiapkan kertas diantara Rm dan Fm selama melihat perubahan dalam mikroskop. Jika perubahan tidak hilang maka perubahan itu tidak benar.
Mungkin ada juga gangguan pada pinggiran yang tampak pada mikroskop. Gangguan itu disebabkan oleh kesulitan yang dilakukan selama perubahan didapatkan. Bagaimanapun pinggiran itu ada hubungannya dengan perubahan, tetapi sewaktu-waktu dapat menghilangkan perubahan.
Jika masih tidak menemukan perubahan cobalah mengatur posisi longitudinal dari sorotan jika tidak aktif, cek kembali pengaturan awal mulai langkah pertamaKetika menemukan perubahan, fokuskan dengan jelas dan tepat perubahan itu, hindarkan kaca mikroskop dari pipa lebih dari puncak pipa. Jika dibutuhkan longitudinal sorotan disekitar mata kita perubahan akan terlihat. Jika masih menemukan perubahan lepaskan sekrup yang memperkerjakan mikroskop. Untuk menunjukkan percobaan diatas, cobalah pindahkan mikroskop dengan selenbar tisu ke tingkat sorotan yang paling atas. Mengatur sorotan ditengah-tengah maka perubahan akan terjadi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1.    Mengadakan pengukuran
Kecepatan dari pengukuran adalah membuat putaran cermin dengan kecepatan tertentu dengan menggunakan mikroskop dan mikrometer untuk mengukur pembelokan secara bersamaan dari perubahan sorotan dengan putaran cermin dalam arah yang pertama, kemudian arah yang berlawanan dan akibat salah pengukuran mengurangi seperempat.
2.    Catatan ketelitian
Menempatkan pengaturan penglihatan dan berhati-hati dalam mengukur mengkhususkn pengukuran dengan menggunakan peralatan diantara itu faktor utama ketelitian jarak antara kesulitan jarak dan cermin. Disebutkan dalam pensejajaran terbaik jarak Rm dan Fm adalah ketelitian 1% yang dihasilkan jika penempatan bermasalah.jarak antara cermin dan Fm paling minimal adalah 2m dan ketelitian yang optimal serta perubahan sekitar 12,5m. Perubahan fokus tidak signifikan selma jarak antara cermin sekitar 15 m.
3.    Pemeliharaan alat
Alat yang paling utama dalam keadaan bersih adalah :
*        Cofer dilindungi dari putaran vermin dan tidak pernah dipindahkan dari pembersihan.selama dibersihkan motor, jangan dihidupkan.
*        Semua cermin dan lensa dibersihkan dengna tisu.
*        Jangan menggunakan bahan vampuran penbersih yang berisi amonia, karena akan membunuh permukaan aluminium.
4.    Peringatan
*        Sebelum menghidupkan motor, kita harus tau kunci sekrup untuk melepaskan pelengkap kaca maka putaran bebas dari tangan.
*        Berapapun kecepatan dari motor, adalah kecepatan LED merah didepan papan dari kontrol motor.box akan menyala kecepatan akan stabil, lampu akan menyala jika tidak dihidupkan motor. Cek kunci sekrup dari Rm dengan melepaskan sepenuhnya.
*        Jangan pernah menghidupkan motor dengan maksimum ref/sec (melewati 300.ref.sec). tekan tombol pada Rm untuk lebih dari menit.
*        Dengan perlengkapan lampu dan sorotan perubahan dari ketajaman fokus,memperhatikan tombol dari putaran cermin dengan kekuatan cw. Menghidupkan motor dan membiarkan motor hangat selama 300 revolusi. Kemudian melambatkan kecepatan rotasi dan mengingat bagaimana menyoroti perkembangan pembelokkan.
*        Menggunakan aturan knob untuk membawa kecepatan putaran sekitar 1000 angka kemudian menekan maksimum ref/sec dan dipegang. Ketika kecepatan stabil, memutar mikrometer kedalam cahaya mikroskop sampai ketengah-tenagh sorotan. Memasukkan kecepatan dari putaran cermin dan menghidupkan motor, dan mencatat pada mikrometer.
Catatan : Mikrometer adalah penyelesaian dalam tambahan sekitar 0,01 mm.
*   Kemudian dari putaran vermin oleh perubahan dari petunjuk dalam kekuatan ccw. Menggerakkan kembali putaran motor dengan kecepatan 1000 ref/sec. Kemudian tekan tombol max ref/sec. Menekan tombol dan menyetel kembali mikroskop cross-hair dengan kecepatan sorotan. Mencatat putaran cermin,menghidupkan motor dan merekam bacaan mikrometer baru.
G.Teknik analisi data
ÿ  Mencari nilai kecepatan cahaya eksperiman dengan persamaan:
A = L1 + L2– fokus lensa L1
B = L 2 + Rm
ÿ Membandingkan kecepatan cahaya eksperimen dengan kecepatan cahaya teori :
                  % beda = 100%
H.  Data hasil percobaan
L1 =93 cm = 0,93 m
L2 = 63 cm = 0,63 m                                      
Fokus L1 = 48 cm = 0,48 m
Fokus L2  = 252 cm = 0,252 m
Rm = 17 cm = 0,17 m
Telescope =81 cm = 0,81m
D = 150 cm =15 m
Rmcw     = 321
Rm ccw  = 210
S'cw = 8 mm = 0,008 m
S'ccw = 7 mm = 0,007 m

I.Pengolahan data
A = L1 + L2 – fokus L1
   =  m
   = 1, 512 m
B = L2 – R
   = ( 0,63 – 17 ) m
   = 0,46 m
C =
   =
  =
  =
  =  293520863, 13066 m/s
  =2,935208631 x 108 m/s
 
% beda = 100%
              =
              = 2,13 %
J.Interpretasi Data
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diperolah perbedaan antara nilai kecepatan teori nilai kecepatan hasil eksperiman sebasar 2,13 %.
Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor separti ruangan yang kurang sesuai untuk pengambilan data, banyaknya gangguan yang tidak diinginkan, seperti  keterbatasan dalam hal pengambilan data karena disebabkan waktu yang diberikan terlalu sedikit oleh pihak kampus,adanya ketidakstabilan listrik ketika proses pengambilan data sedang berlangsung serta banyaknya orang yang lalu lalang ketika proses pengambian data dilakukan, dimana kesemuanya tersebut mempengaruhi keakuratan data.

K.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa antara nilai kecepatan cahaya teori dengan nilai kecepatan cahaya eksperiman teori memiliki perbedaan sebesar  2,13 %, dimana untuk nilai kecepatan cahaya teori sebesar      m / s  sedangkan nilai kecepatan hasil eksperiman sebesar  2,935208631  .

L.     Kemungkinan kesalahan
ÿ    Tempat penyusunan alat tidak merata
ÿ    Tidak sejajarnya bangku optik
ÿ    Sinar laser yang keluar tidak tegak lurus terhadap pusat cermin
ÿ    Kurang tepat ketika memantulkan cahaya dari Fm ke Rm untuk mengembalikannya lagi kesumber cahaya

M.   Daftar pustaka

*      Resnick dan halliday, 1984, edisi ketiga jilid dua, erlangga : jakarta
*      Manual praktikum kecepatan cahaya
*      Beiser Arthur, 1987, konsep fisika modern edisi ke empat, erlangga : jakarta
*      Resnick dan halliday, 1996, fisika jilid dua edisi ke tiga , erlangga